Raising Star
Jumat 21 April 2017 | 17:07 WIB
Laporan: Maruf Mtq
Dewi Aryani: Politisi Perempuan Multitalenta
Politisi multitalenta. Barangkali, inilah julukan paling tepat bagi Dewi Aryani. Berbagai bidang pekerjaan telah dilakoni. Politisi PDI Perjuangan ini dikenal tegas dan kritis. Lantang bersuara dalam setiap rapat. Bahkan, tak jarang Dewi yang tergabung dalam Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) harus beradu debat dengan anggota fraksi lain di gedung wakil rakyat.
Lahir di Magelang 16 Januari 1973, Dewi merupakan sosok yang tangguh, pantang menyerah dan memiliki dedikasi yang tinggi terhadap dunia pendidikan dan politik. Pendidikan S1-nya diraih dari Universitas Airlangga Surabaya, jurusan komunikasi. Selanjutnya ia menempuh pendidikan S2nya di Universitas Indonesia, dan mengambil program studi administrasi kebijakan bisnis. Selain berhasil lulus dengan cepat, Dewi juga berhasil menjadi lulusan terbaik Pascasarjana UI dengan IPK 4.0. Seakan tak ingin menyia-nyiakan semangatnya yang tengah menggebu-gebu dalam menuntut ilmu, Dewi pun melanjutkan program doktoralnya di almamater dan jurusan yang sama. Dengan mengambil tema disertasi "Skenario Kebijakan Energi Indonesia Hingga 2035", Dewi Aryani berhasil menjadi yang tercepat dalam sejarah FISIP UI. Disamping itu, Dewi juga sempat menjalani pendidikan singkat di MIT Sloan Management, Chambridge USA dan berbagai aktivitas pendidikan non formal lainnya.
Berbagai pengalaman profesional pernah ditempuh sebelum akhirnya melabuhkan diri menjadi seorang legislator. Menjadi penyiar radio, presenter TV, senior manager perusahaan telekomunikasi, general manager perusahaan minyak dan pelumas hingga mengelola sendiri usaha membuat irama up and down dalam dunia persilatan bisnis dan politik bukan barang asing untuk Dewi. Berbagai pengalaman itu pun menjadi guru terbaik bagi Dewi.
Perjalanan karir politik Dewi berawal dari masuk secara resmi di PDIP pada 2006. Menjadi anggota PDIP, bukan tanpa pertimbangan matang kalau pada akhirnya terjun ke dunia politik.
Baginya, ideologi partai banteng ini cocok dengan visi dan misinya sebagai anak bangsa. Tak heran bila Figur Bung Karno yang menjadi simbol kebesaran PDIP dianggapnya sebagai ikon yang never ending story. Baginya, sosok Presiden pertama RI Ir. Soekarno itu merupakan tokoh dunia, sehingga harusnya menjadi panutan bagi bangsa Indonesia.
Itulah sebabnya Bung Karno pun banyak memberi inspirasi dalam kehidupan berpolitiknya. Berbagai pemikiran Bung Karno harus dilestarikan, dilaksanakan dan benar-benar secara konsisten diwujudkan terutama soal Tri Sakti. Yaitu berdikari di bidang politik, budaya, dan ekonomi. Ketiganya menjadi dasar kemandirian dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesi (NKRI) sekarang dan ke depan.
Namun, Dewi sangat menyayangkan, pemikiran Bung Karno itu tidak lagi diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa saat ini. Soal kedaulatan di berbagai bidang saat ini dipandangnya sangat memprihatinkan. Banyak hal terabaikan atau mungkin sengaja diabaikan.
Salah satu elemen penting dalam negara ini adalah soal pengelolaan energi. Energi hanya ditempatkan pada prioritas ke 8 dalam pembangunan Indonesia. Yang seharusnya dilakukan adalah menempatkan energi sebagai leading sector dalam pengelolaan dan pembuatan berbagai kebijakan publik.
Menurut Dewi, semua kegiatan perekonomian, sosial, budaya dan lainnya di negara ini, tidak terlepas dari energi. Mulai listrik, transportasi, industri, perdagangan, dan sebagainya, semua bergantung pada ketersediaan energi.
Soal pertahanan, negara juga menjadi bagian dari pengelolaan energi. Berbagai sumber migas tidak dilakukan pengamanan yang semestinya. Stok BBM untuk TNI di perbatasan juga sangat terbatas. Klaim negara tetangga soal beberapa pulau dan wilayah kita yang kaya akan minyak seperti tidak terbendung.
NKRI, kata Dewi, makin 'melemahkan' diri, tidak berdaya dan tidak tegas soal perjuangan ke wilayahan negara. Pemikiran Bung Karno soal kedaulatan tidak secara sungguh-sungguh diterapkan, yang akibatnya banyak hal menjadi masalah, konflik dan ditakutkan berakibat pada disintegrasi bangsa.
Hilangnya kedaulatan bangsa sama saja dengan hilangnya arah negara. Dan menjadi tugas kita semualah untuk kembali menggelorakan semangat pendiri bangsa ini, bersama-sama menengok kembali berbagai pemikiran dan ideologi Bung Karno untuk perekat, penyemangat dan pendobrak seluruh elemen bangsa untuk bersatu membangun negara dan menuju cita-cita sesuai yang diamanatkan dalam UUD.
Atas dasar itulah, di Pemilu 2009, Dewi mulai mengikuti pencalegan dengan daerah pemilihan (Dapil) Jawa Tengah IX yang meliputi Kabupaten Tegal, Kota Tegal dan Kabupaten Brebes. Tiga wilayah yang merupakan perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah ini harus dikunjungi selama kampanye pemilihan anggota legislatif.
Menurut pengelola Yayasan Pendidikan Tunas gemilang ini, medan Jateng IX itu unik. Wilayah utara merupakan kawasan pantai, sementara wilayah selatan merupakan pegunungan sehingga karakter masyarakatnya lebih beragam. Selain itu, penggunaan bahasa yang beragam; sunda dan jawa, membuat wilayah ini menjadi penuh tantangan.
Meski begitu, inisiator Yayasan Kendedes 88 ini, menjalani seluruh kegiatan berpolitik merupakan kesenangan tersendiri. Dengan kesungguhan, keseriusan dan ketulusan, akhirnya Dewi mampu memperoleh kursi parlemen dengan modal perolehan suara hampir 43 ribu. Perolehan suaranya di Pemilu 2009 bahkan menduduki perolehan suara terbanyak kedua di Jateng IX dari 8 kursi yangg diperebutkan.
Dewi juga mencatatkan diri sebagai perempuan pertama yang lolos menjadi anggota DPR RI dari dapil tersebut. hal ini tentu saja menjadi kebanggan dan juga tantangan tersendiri, karena itu ia pun termotivasi untuk mengkader para perempuan agar bisa mendulang suara, sehingga lebih banyak perempuan yang mengisi kursi parlemen.
Pengabdian dalam berbagai organisasi makin memperkaya pengalaman dan kematangan dalam pergaulan baik di dalam maupun di luar negeri. Kini Dewi menjalani beberapa kegiatan di berbagai bidang organisasi di antaranya sebagai Wakil Ketua Komisi Tetap bidang Migas Kadin Indonesia, Ketua PP ISNU bidang pertambangan dan lingkungan hidup, DPA DPP PDI Perjuangan, Wakil Sekjen Taruna Merah Putih, Founder beberapa yayasan sosial dan pendidikan, dan aktif sebagai nara sumber seminar energi dan kebijakan publik.
Comment