Nasional
Senin 20 Nopember 2017 | 09:04 WIB
Laporan: Fahreza Rizky
Milad 105 Tahun, Muhammadiyah Merekat Kebersamaan

JAKARTA - Tepat pada 18 November 2017 kemarin Muhammadiyah genap berusia 105 tahun sejak pendiriannya pada 18 November 1912 oleh Kiai Ahmad Dahlan. Pada milad kali ini, persyarikatan mengambil tema "Muhammadiyah Merekat Kebersamaan." Ketua PP Muhammadiyah, Profesor Dadang Kahmad mengatakan tema milad tersebut diambil berdasarkan refleksi kondisi terkini yang terjadi di Indonesia. Menurutnya, saat ini suasana kebangsaan tengah dirundung berbagai pesoalan yang terkadang berujung pada perpecahan antar sesama anak bangsa. "Karena ini sangat urgent, maka kita suarakan. Kita melihat perbedaan ini seolah-olah tajam, maka Muhammadiyah memandang perlu untuk merekatkan kembali antar sesama anak bangsa. Kita ingin merekatkan kebersamaan dengan semua pihak," kata Dadang saat dihubungi, Minggu (19/11/2017). Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung ini menuturkan, resepsi Milad Muhammadiyah ke-105 dilaksanakan di Keraton Yogyakarta, pada Jumat 17 November 2017. Tempat perayaan milad ini sekaligus menunjukkan bahwa Muhammadiyah juga merekat dengan kebudayaan. Nuansa kebudayaan pun tersaji dalam gelaran tersebut. Dadang menambahkan, pada perayaan Milad kemarin pihaknya juga memberikan penghargaan kepada beberapa tokoh yang dianggap berjasa bagi tumbuh kembangnya Muhammadiyah. Mereka yang diberi award yakni Sri Sultan Hamengku Buwono X, Profesor Mitsuo Nakamura dan Achmad Roemani. Penghargaan kepada Sri Sultan HB X diberikan karena Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat telah menaruh perhatian besar kepada Muhammadiyah, salah satu hal yang paling monumental ialah saat Sultan HB VII memberikan rekomendasi kepada Muhammadiyah sehingga pemerintah Hindia Belanda memberikan "Rech Persson" kepada Persyarikatan. Penghargaan selanjutnya diberikan kepada Profesor Mitsuo Nakamura. Ia merupakan Guru Besar Emeritus dari Chiba University, Jepang, yang konsisten selama 40 tahun melakukan riset antropologi tentang umat Islam di Indonesia, khususnya Muhammadiyah. Kecintaannya terhadap Muhammadiyah tertuang dalam hasil penelitiannya mengenai pergerakan Muhammadiyah di Kotagede, Yogyakarta yang diterbitkan pada 1983 dengan judul "Bulan Sabit Muncul dari Balik Pohon Beringin." Kemudian, Nakamura melanjutkan risetnya tentang Muhammadiyah di Kotagede hingga 2010. Muhammadiyah Award selanjutnya diserahkan kepada Achmad Roemani. Namanya tersemat pada sebuah rumah sakit di Semarang, yakni Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah. Roemani merupakan seorang dermawan Muslim yang mewakafkan hartanya untuk mendirikan rumah sakit dalam rangka membantu orang lain yang kurang mampu. Award ini diterima oleh cucu Roemani, yakni Sri Mulyani. Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengaku memiliki kenangan dengan Muhammadiyah. Pasalnya, selama 12 tahun ia menimba ilmu di perguruan milik Persyarikatan. Mulai dari madrasah ibtidaiyah hingga SMP dan SMA. "Tentu punya harapan dan kenangan yang sangat mendalam terhadap perguruan Muhammadiyah. Muhammadiyah telah menjadi organisasi yang sangat tua, lebih tua dari umur bangsa Indonesia. Tidak hanya kita sebagai masyarakat biasa, negara bangsa pun perlu belajar dari Muhammadiyah tentang tata cara mengelola Persyarikatan yang begitu besar dengan anggota begitu banyak dari Sabang sampai Merauke, bagaimana (cara) dia bertahan dalam turbulensi dan cobaan," ujar Fahri saat dihubungi. Fahri berujar, penebaran optimisme sebagai Muslim dan bangsa Indonesia merupakan satu hal yang mesti terus diperjuangkan. "Dan menjadi identitas kebanggaan kita dari hari ke hari," pungkas Fahri. (frz)
Comment