Pendidikan

Rabu 22 Nopember 2017 | 22:05 WIB

Laporan: edi

Dosen FISIP UI, Mengedukasi Disclosure Pada Anak Terkena HIV/AIDS

Sumber Gambar: https://teenzonemagazine.co.za/hiv-aids-myths/

Depok, visione.co.id--Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP-UI kerjasama dengan Lentera Anak Pelangi (LAP) dan Yayasan Pelita Ilmu (YPI) menggagas suatu kegiatan pengabdian pada masyarakat yang bertujuan untuk mengedukasi caregiver dalam mempersiapkan disclosure anak dengan HIV/AIDS (ADHA). Kegiatan ini dilakukan karena kompleksnya masalah yang dihadapi mereka, antara lain stigma, diskriminasi, menjadi yatim piatu, dan tidak patuh dalam konsumsi ARV.

Disclosure(pembukaan status HIV) juga harus menjadi perhatian karena masih banyak ADHA yang tidak mengetahui status HIV-nya. Pengasuh (caregiver) yang biasanya tidak berani untuk melakukan disclosure pada ADHA dengan berbagai alasan diantaranya: anggapan bahwa anak masih belum siap menerima keadaan dirinya, anak masih belum mengerti apa itu HIV/AIDS, dan kekhawatiran akan adanya diskriminasi dan stigma dari masyarakat. Padahal banyak studi menunjukkan bahwa disclosure membawa dampak positif pada kehidupan ADHA, terutama pada kepatuhan mereka akan terapi ARV dan kesadaran untuk menjaga kesehatan dirinya. Kondisi ini yang mendorong kegiatan pengabdian ini untuk dilakukan. Sasaran dari kegiatan ini yaitu para caregiver (orangtua atau keluarga luas/orang lain) yang menjadi pengasuh ADHA.

Kegiatan ini dilakukan pada rentang waktu Juni-Oktober 2017 dimulai dengan edukasi bagi para caregiver terkait HIV/AIDS dan masalah kesehatan reproduksi, komunikasi efektif, dan pentingnya disclosure serta cara melakukannya. Setelah itu, dilanjutkan dengan kegiatan pendampingan yang memfokuskan pada kesiapan caregiver dalam menyampaikan status HIV anak dan bagaimana kondisi anak dalam menerima informasi tersebut. Pendampingan dilakukan oleh caregivers yang telah berhasil membuka status (disclosing) HIV mereka kepada anaknya.

Beberapa hal yang dapat dipelajari dari kegiatan ini. Pertama, setiap anak dengan HIV/AIDS berhak tahu dengan statusnya. Kedua, disclosure memang proses yang kompleks tetapi sangat mungkin dilakukan. Ketiga, disclosure dapat berhasil dengan baik ketika caregiver maupun anak sudah sama-sama siap. Kesiapan caregiver dilihat dari bagaimana pemahaman mereka terkait isu HIV dan seberapa jauh hubungan baik yang terjalin antara caregiver dengan anak. Sementara itu, kesiapan anak dilihat dari kondisi emosi dan kognitifnya.

Dari kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat disimpulkan bahwa untuk melakukan disclosure status tidak cukup hanya dilakukan edukasi terhadap caregiver saja, tetapi perlu melakukan pendampingan secara mendalam untuk mempersiapkan caregiver dalam melakukan disclosure dan mempersiapkan anak dalam menerima kondisi kesehatannya.

Comment