Opini

Sabtu 23 Mei 2020 | 13:40 WIB

Laporan: Anah Furyanah

DILEMA TIDAK MUDIK, SEPI PERPUTARAN UANG DI KAMPUNG

Anah Furyanah Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang Tangerang

Mudik merupakan  suasana yang dinanti oleh seluruh perantau untuk kembali ke kampung halamannya berjumpa dengan orang tua dan  sanak saudara untuk bersilaturahmi dan merayakan hari raya kemenangan. Aktifitas perantau setiap harinya bekerja tak pernah lelah untuk menghidupi keluarga  dan untuk menyongsong kesuksesan serta membawa kabar gembira di hari raya kepada sanak saudara di kampong dan semua dilakukan dengan penuh keikhlasan. 

Sanak saudara akan berharap kesuksesan yang diraih oleh para perantau yang mudik dan kebanyakan dilihat dari segi ekonomi, mudik dengan membawa kendaraan bersama keluarga, berbagi angpau dan penampilan yang elegance serta materi lainnya. Kesuksesan  dilihat  tergantung dari hati dan sudut pandang.....silakan berasumsi, yang paling penting adalah bersyukur dan bersilaturahmi... Tetapi...  lebaran edisi sekarang ini sangatlah berbeda karena adanya tamu covid 19  ini. Semua kondisi dan kebiasaan  berubah, semua peraturan dari pemerintah datang silih berganti untuk ikhtiar mencegah penyebaran covid 19 ditengah masyarakat Indonesia. Semua manusia yang sudah mempunyai segudang rencana untuk mudikpun akhirnya tertunda dengan niat untuk ikut memutus rantai penularan covid 19.

Larangan mudik dikeluarkan oleh pemerintah mulai efektif tanggal 24 April 2020. Pergerakan manusia dari kota ke desa sangatlah masiv apabila diperbolehkan mudik. Dengan berbagai bekal yang dibawa dari mulai uang, makanan, sampai dengan materi lainnya. Jelas penundaan mudik lebaran tahun 2020 ini sangat berpengaruh terhadap perekonomian di daerah karena peralihan uang dari kota ke desa tersendat dan hanya berputar di kotanya masing-masing. 

Dampak tersebut dirasakan oleh para pedagang di daerah, biasanya banyak pengunjung untuk berbelanja mempersiapkan bermacam-macam hidangan untuk keluarga besar yang datang dari kota maupun di desa menjadi biasa saja karena hidangan  hanya dibuat  untuk keluarga sendiri. Selain dari hidangan, para pedagang lainnya pun ikut ramai apabila banyak pemudik karena banyaknya perantau yang mempercantik rumahnya atau rumah orang tuanya dengan furniture baru dan perabot rumah baru serta pembaharuan warna rumah atau renovasi rumah  dalam penyambutan hari raya kemenangan.

Selain itu Usaha mikro ( UMKM)  ikut terkena dampak juga, biasanya apabila banyak pemudik, pesanan mengalami kenaikan karena banyak pembeli dari perantau yang  kembali ke kotanya membawa oleh-oleh  khas dari daerahnya  tetapi dengan sepinya pemudik maka pesanan menurun. Dan pedagang makanan khas daerah juga ikut ramai karena banyak perantau yang menikmati makanan tersebut untuk mengobati kerinduan terhadap makanan khas daerah. Dengan sepinya pemudik maka pedagang  pun biasa saja tidak mengalami kenaikan volume pembeli.

Pembagian angpau atau “salam  tempel” yang dibagi-bagikan oleh para pemudik kepada  sanak sodara banyak sekali dilakukan di kampung dan uang tersebut diputarkan lagi di daerah tersebut. Pada saat lebaran semua merasakan kebahagiaan, yang tadinya makan hanya biasa saja menjadi luar biasa, yang biasa menyantap makanan kampung menjadi lebih lengkap dengan adanya makanan modern dari kota.  Kebahagiaan terpancar dari para orang tua yang dikunjungi anak dan  saudaranya dengan membawa kemudahan materi dan immateri untuk merayakannya. Berkunjung dari rumah satu ke yang lainnya sangat seru dilakukan didaerah.  Perputaran uang sangat tinggi di daerah sehingga sangat diharapkan dan ditunggu-tunggu sekali oleh para pelaku ekonomi di daerah pada saat lebaran. 

Tetapi lebaran ini akan berbeda, para orang tua di desa pastinya tidak semeriah lebaran sebelumnya. Masak alakadarnya karena silaturahmi tidak bertatap muka langsung sehingga masak sendiri dan dimakan oleh keluarga sendiri.  Perputaran keuangan tidak akan sebesar pada lebaran sebelumnya karena pasti hanya melewati transfer dan digunakan untuk keperluan alakadarnya. Apalagi dengan adanya dampak corona terhadap PHK dan pemotongan gaji atau tunjangan karyawan sehingga semakin kecil perputaran uang untuk keluar. Antar manusia pasti akan lebih memfokuskan untuk kebutuhan pokok masing-masing keluarga, karena melihat kondisi perekonomian yang belum stabil kedepannya.

Para perantau juga akan merasakan kemandirian dalam memasak dan menyiapkan keperluan untuk perayaan idul fitri untuk keluarga sendiri. Biasanya sudah disiapkan oleh sanak saudara di kampung tetapi kali ini harus mandiri.  Dimasak oleh sendiri dan dihidangkan serta disantap oleh keluarga sendiri.  Semua kondisi harus di syukuri, semakin eratnya antar anggota keluarga saling membantu dan gotong royong untuk menyiapkan keperluan lebaran.

Ramadhan dan lebaran kali ini pun sangat istimewa karena banyak sekali yang menjadi imam solat taraweh dan menjadi imam solat idul  fitri karena ada kebijakan bahwa kegiatan peribadatan dilakukan di rumah masing-masing khususnya kawasan zona merah. Sehingga pihak laki-laki sibuk untuk menyiapkan menjadi imam solat Idul Fitri lengkap dengan materi khutbahnya khusus untuk 4 jamaah keatas, dibawah 4 jamaah  tidak menggunakan khutbah tidak masalah  (ust Agus J, 2020). Semua kerinduan tertahan dan ikhlas mematuhi peraturan pemerintah dalam pelarangan mudik untuk mencegah penularan covid 19 ke sanak saudara yang ada di daerah. Demi pulihnya kesehatan seluruh  masyarakat Indonesia.  Covid-19 begitu banyak memberikan pelajaran  dan arti kehidupan  untuk manusia di bumi ini. Jangan lupa selalu berfikir positif dan selalu bersyukur.

*) Penulis adalah Dosen Universitas Pamulang

TAG BERITA

Comment