Opini
Minggu 31 Mei 2020 | 16:30 WIB
Laporan: Taat Budiono, S.Hum., M.A.
Tagar #IndonesiaTerserah Bukan Bentuk Kekecewaan Tim Medis
Tagar #IndonesiaTerserah belakangan menjadi perhatian dan perbincangan publik. Tagar ini muncul di tengah kebijakan pemerintah yang berusaha melakukan relaksasi atau pelonggaran pada aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB). Banyak kalangan menilai bahwa tagar ini muncul sebagai bentuk kekecewaan tenaga medis terhadap kebijakan pemerintah yang berusaha melonggarkan aturan tersebut.
Tagar atau istilah lainnya dikenal dengan hastag sering kita jumpai di media sosial. Keberadaannya menjadi penanda baru pada pengunaan bahasa di media sosial seperti twitter, facebook, instagram, dan media sosial lainnya. Tagar ini difungsikan sebagai pengelompok pesan dari si pembuat tagar. Lazimnya tagar diposisikan sebelum kata atau frasa yang digunakan di media sosial. Tagar #IndonesiaTerserah misalnya berposisi mendahului sebuah frasa yaitu frasa “Indonesa Terserah”.
Tagar sering difungsikan sebagai bentuk dukungan, ekspresi kebanggaan, ucapan belasungkawa, sampai bentuk ekspresi kekecewaan pada peristiwa-peristiwa tertentu. Misalnya saja ketika bencana alam terjadi, banyak sekali tagar yang muncul sebagai bentuk keprihatinan pada peristiwa yang terjadi seperti pada tagar #savelombok, #savegunungagung, #savepalestin, dan lain sebagainya. Lalu bagaimana bahasa khususnya studi linguistik memandang dan memaknai tagar #IndonesiaTerserah ini?
Dalam studi linguistik, kita dapat menggali maksud sebuah tuturan melalui kacamata pragmatik. Pragmatik sendiri adalah studi yang menggali maksud yang ingin disampaikan penutur kepada mitra tuturnya ataupun sebaliknya dari mitra tutur kepada penutur. Dalam hal ini sebuah tuturan baru dapat dimaknai dan difahami maksudnya dengan tepat jika konteksnya jelas. Contohnya, seorang ibu berkata kepada anaknya yang sedari tadi bermain game online di ponselnya dengan perkataan, “Terus aja main game, besok juga bisa jawab ujian”. Contoh ini tentu tidak dapat kita maknai secara literal atau maknanya sama dengan kata-kata yang menyusunnya. Sebaliknya, contoh di atas harus dimaknai secara non literal. Artinya maksud tuturannya tidak sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Dengan demikian maksud tuturan di atas adalah sang ibu (penutur) menghendaki si anak (mitra tutur) untuk segera berhenti bermain game dan segera belajar.
Penyampaian maksud tuturan semacam ini sering kita jumpai dalam kehidupan berbahasa sehari-hari. Sering kali tuturan yang disampaikan oleh mitra tutur kepada kita justru mengisyaratkan maksud sebaliknya. Hal ini dapat difahami karena kita hidup dalam budaya masyarakat konteks tinggi yang lebih bersifat tersirat (tidak langsung) dari pada yang tersurat (langsung).
Tagar #IndonesiaTerserah ini juga demikian. Tagar ini tidak dapat kita maknai secara literal. Justru sebaliknya tagar ini harus kita maknai secara non literal. Pembuat tagar ini sangat mamahami konteks yang terjadi di masyarakat kita bahwa masyarakat cenderung tak acuh pada aturan-aturan PSBB. Masyarakat tidak menerapkan aturan social distancing atau phisical distancing dan melanggar aturan-aturan PSBB yang lain. Lantas melihat konteks ini, pembuat tagar kemudian bertutur melalui tagarnya #IndonesiaTerserah dengan maksud agar masyarakat Indonesia kembali memperhatikan dan menaati aturan-aturan PSBB yang digagas oleh pemerintah. Seperti yang saya contohnya pada contoh di atas tadi. Maksud yang ingin disampaikan penutur melalui tagarnya adalah maksud sebaliknya. Masyarakat diharapkan menjadi peduli terhadap diri mereka pribadi, menjaga jarak, menghindari kerumuman, dan tetap di rumah. Sehingga harapannya tim medis sebagai garda terdepan penanganan wabah ini tidak kewalahan menangai virus ini.
Tagar ini adalah bentuk nyata dari penggunaan bahasa dalam konteks budaya tinggi. Sehingga menurut hemat saya, kurang tepat memaknai tagar #IndonesiaTerserah sebagai bentuk kepasrahan atau kekecewaan tim medis dalam melawan virus ini. Tagar ini justru berisi pesan mendalam kepada masyarakat untuk lebih peduli pada aturan-aturan yang diterapkan pemerintah guna mencegah penularan virus ini. Akhirnya, kita semua sama-sama berharap semoga wabah ini segera berakhir dan kita dapat kembali menjalani kehidupan seperti sedia kala.
*) Penulis adalah Dosen Fakultas Sastra Universitas Pamulang
Comment