Opini

Kamis 21 September 2017 | 17:37 WIB

Laporan: Novi Ratna Sari adalah Mahasiswa Program Studi Manajemen FEB-UHAMKA

Keresahan Masyarakat Dengan Akibat Kurs Rupiah

Novi Ratna Sari adalah Mahasiswa Program Studi Manajemen FEB-UHAMKA

Kurs Rupiah Indonesia semakin melemah setelah bulan Juli 2016.Terjadi perubahan kurs rupiah dari Rp. 13.930 per dollar AS sampai mendekati Rp. 15.000 per dolar AS. Beberapa masyarakat banyak yang menduga atau berasumsi bahwa akan terjadi kembali kejadian-kejadian masa lalu. Dengan membandingkan kejadian pada tahun 1998 pada masa pemerintahan Presiden Suharto. Yang mana Indonesia pada saat itu mengalami krisis ekonomi yang akhirnya berdampak pada politik dan pemerintahan Orde Baru. Dari beberapa pendapat pengguna media sosial merasa khawatir indonesia akan mengalami kejadian tersebut kembali. Tetapi jika dilihat dari perbandingan pada tahun 1998 dan 2018 terjadi perbedaan yang sangat signifikan.

Pada tahun 1998 rupiah terdepresiasi 254%, dari Rp. 3.030 per dollar AS sampai Rp. 10.725 per dollar AS, dengan cadangan devisa US$ 23,61 miliar , dan inflasi mencapai 78,2%. Sedangkan pada tahun 2018 rupiah terdepriasi 11% dari Rp. 13.345 per dollar AS sampai Rp. 14.815 per dollar AS, jika pelemahannya seperti tahun 1998 maka rupiah seharusnya mencapai Rp. 47.241 per dollar AS. Cadangan devisa tahun 2018 mencapai US$ 118,3 miliar, dan inflasi pada agustus 2016 sebesar 3,2%. Dari data perbandingan pada tahun 1998 dan 2018, Menteri Keuangan Indonesia (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati meminta kepada masyarakat Indonesia untuk tetap tenang menghadapi gejolak nilai tukar rupiah yang melemah sampai mendekati Rp. 15.000 per dollar AS.

Di sisi lain, melemahnya rupiah dapat mendorong dampak yang tidak baik bagi perekonomian di Indonesia. lemahnya rupiah akan mendorong naiknya harga barang/jasa di pasar domestic. Walaupun pelemahan rupiah belum mendorong kenaikan harga kebutuhan masyarakat secara signifikan. Tetapi harga barang konsumsi bergantung pada produk impor yang berpotensi meningkat jika rupiah terus melemah. Khususnya yang bergerak di sektor otomotif, konsumsi, dan farmasi yang notabene memiliki kandungan impor yang cukup besar, telah menyatakan akan menaikkan harga. Imbasnya, akan mengungkit inflasi yang sejauh ini cukup mampu dijaga di level rendah.
Namun masyarakat memprediksikan bahwa dampak jangka pendek dari depresiasi rupiah hanya dapat dirasakan oleh pengusaha besar dan pelaku pasar keuangan, bukan masyarakat kelas menengah kebawah. Contohnya pada pedagang tahu dan tempe di Jawa Tengah, mereka khawatir rugi karena harga kedelai terus meningkat jika rupiah melemah terhadap dollar AS. Karena kedelai merupakan bahan pangan yang masih diimpor oleh pengusaha Indonesia. Yang mana setiap bulannya impor kedelai mencapai lebih dari 242 ton dan mayoritas dari Amerika Serikat. 

Kenapa kurs rupiah bisa mendekati Rp. 15.000/USD? Apakah terdapat faktor-faktornya?

Melemahnya rupiah didorong oleh faktor eksternal seperti kenaikan suku bunga AS, khususnya kebijakan pengetatan moneter oleh bank sentral AS (The Fed) berkontribusi terhadap pelemahan nilai tukar rupiah. Terjadi perang dagang antara AS-Cina yang mana Amerika Serikat memberlakukan tarif pada produk Cina, Langkah terbaru ini membuat keseluruhan impor dari Cina yang terkena tarif AS mencapai US$250 miliar. Ini berarti sekitar separuh dari barang Cina yang masuk AS sekarang terkena cukai baru. Amerika serikat memberlakukan hukum pajak progressive dengan bea masuk 30% dari Amerika Serikat. Hingga krisis ekonomi yang melanda Turki serta Argentina.

Begaimana mekanisme terjadi naik-turunnya kurs rupiah Indonesia?

Dijelaskan secara sederhana bahwa dengan teori dasar yaitu hukum ekonomi permintaan dan penawaran. Suatu barang akan semakin mahal jika permintaan lebih besar dari penawaran. Dan suatu barang semakin murah jika permintaan lebih kecil dari penawaran. Intinya rupiah akan menguat atau semakin mahal jika rupiah semakin dibutuhkan. Contohnya seperti wisatawan asing yang datang ke Indonesia, mereka akan menukarkan uang dollar ke rupiah, dan hal tersebut membuat rupiah semakin menguat. Lalu seperti Investor asing yang menanamkan modal di Indonesia. mereka menukarkan uang dollar ke rupiah untuk menanamkan modalnya, hal tersebut dapat menguatkan rupiah Indonesia.

Sebaliknya jika rupiah tidak dibutuhkan apa yang akan terjadi? Contohnya saat orang Indonesia melakukan liburan ke luar negeri, mereka akan menukarkan uang rupiah ke dollar sebagai alat transaksi dan rupiah pasti tidak dibutuhkan, hal tersebut membuat rupiah melemah. Sama halnya dengan Investor asing yang menarik keuntungan dari Indonesia secara besar-besaran. Mereka tarik keuntungan investasi lalu menukarkan rupiah menjadi dollar, hal ini tidak hanya membuat rupiah semakin melemah tetapi akan terpuruk.

Naik turunnya nilai tukar mata uang atau kurs rupiah terjadi dikarenakan kebutuhan pasar. Pemerintah tugasnya adalah dengan mengontrol dan mengawasi agar naik-turunnya kurs rupiah tidak terlalu liar. Tetapi bukan pemerintah bisa mengendalikan sepenuhnya.

Mengapa kurs rupiah melemah dipengaruhi oleh dollar AS?

Pada tahun 1944, terjadi sebuah perjanjian yang diselenggarakan di Bretton Woods, New Hampshire. Perjanjian tersebut di kenal dengan Perjanjian Bretton Woods, yang mana merupakan sebuah sistem perekonomian dunia. Perjanjian ini merupakan kerja sama antara Amerika Serikat dan Inggris, yang dihadiri oleh 44 negara sekutu. Hasil dari perjanjian tersebut sepakat bahwa mata uang dunia tidak dapat dijamin hanya dengan emas, dan menjadi Dollar AS sebagai gantinya.

Oleh karena itu, dollar AS dijadikan sebagai acuan transaksi internasional, dan berpengaruh sangat signifikan bagi mata uang negara lain, temasuk rupiah Indonesia. Apabila suku bunga AS mengalami kenaikan, maka harga barang impor akan naik, dan berakibat semakin beratnya beban utang negara. Dan para investor akan menarik modal mereka, yang akhirnya akan semalin terpuruk.

Novi Ratna Sari adalah Mahasiswa Program Studi Manajemen FEB-UHAMKA

TAG BERITA

Comment