Opini
Rabu 25 Nopember 2020 | 20:27 WIB
Laporan: Exsa Kristiawan
Muhammadiyah dan Pendidikan Era 4.0
K.H. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Dia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Dia termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa. Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik
Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana 'Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, kiai Ilyas, kiai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, K.H. Abu Bakar, dan Muhammad Darwis (Ahmad Dahlan).
Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan resistensi, baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya. Berbagai fitnahan, tuduhan dan hasutan datang bertubi-tubi kepadanya. la dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam. Ada yang menuduhnya kiai palsu, karena sudah meniru-niru bangsa Belanda yang Kristen, mengajar di sekolah Belanda, serta bergaul dengan tokoh-tokoh Budi Utomo yang kebanyakan dari golongan priyayi, dan bermacam-macam tuduhan lain. Saat itu Ahmad Dahlan sempat mengajar agama Islam di sekolah OSVIA Magelang, yang merupakan sekolah khusus Belanda untuk anak-anak priayi.
Bahkan ada pula orang yang hendak membunuhnya. Namun ia berteguh hati untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaruan Islam di tanah air bisa mengatasi semua rintangan tersebut. Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912. Asas perjuangannya adalah Islam dan kebangsaan Indonesia. Sifat organisasi Muhammadiyah bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, dan sosial budaya yang menjurus kepada tercapainya kebahagian lahir dan batin. Maksud atau latar belakang berdirinya.
Muhammadiyah dalam anggaran dasar disebutkan untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama
Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Tujuan Berdirinya Muhammadiyah - Tujuan pokok yang tercantum dalam anggaran dasar tersebut dapat dijabarkan lagi menjadi tujuan yang bersifat operasional antara lain sebagai berikut. Pengembalian ajaran Islam pada ajaran murni menurut Al-Qur'an dan hadist, peningkatan pendidikan dan pengajaran yang berlandaskan agama Islam, pendorong umat Islam untuk hidup selaras dengan ajaran agama Islam, pembinaan dan penyiapan generasi muda agar kelak dapat menjadi pemimpin masyarakat, agama, dan bangsa yang adil dan makmur, dan berusaha meningkatkan kesejahteraan hidup umat manusia
pada umumnya dan umat Islam pada khususnya serta Ikut menyantuni anak-anak yatim piatu.
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW. sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.
Didalam perjalanannya Muhammadiyah telah memberikan kontribusi yang besar untuk negara melalui badan amal usahanya terbukti telah tercatat sebanyak 162 perguruan tinggi, yang terdiri dari
57 universitas, 80 sekolah tinggi, 5 akademi, 7 institut, 3 politeknik, serta 8 Perguruan Tinggi Aisyiyah. (Daftar perguruan tinggi Muhammadiyah - Wikipedia bahasa ...id.wikipedia.org) data diatas menunjukan bahwa semangat K.H. ahmad Dahlan dalam upaya mencerdaskan umat dan juga sebagai sarana dakwah bagi kader kader Muhammadiyah di era sekarang.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengungkapkan banyak tantangan yang akan dihadapi Muhammadiyah di era digital saat ini. Hal itu diungkapkannya, Minggu (17/11/2019) siang,
ketika membuka Muhammadiyah Expo 2019 dan ground breaking Suara Muhammadiyah (SM) Tower (cica/ros/yyw). Sejak berdiri tahun 1912 hingga usia 108 tahun sekarang ini tepat hari ini Rabu, 18 November 2020 implementasi pembaruan penggunaan meja, kursi, dan kelas untuk sarana belajar mengajar hingga kini Pendidikan era 4.0 dituntut untuk menjawab tantangan pendidikan di era revolusi industri 4.0 yang lebih kompleks dan kompetitif. Sistem ini mampu membuat proses pembelajaran dapat berlangsung menjadi lebih mudah, cepat, dan berkelanjutan tanpa tersekat oleh
batas ruang dan waktu. Sehingga proses pembelajaran bisa dilakukan kapan pun dan dimana pun.
untuk menjawab tantangan dan peluang tersebut, Pendidikan Muhammadiyah perlu menjawabnya dengan semangat tajdid dan ijtihad dengan penuh kesungguhan. Muhammadiyah perlu menerapkan beberapa strategi yang digunakan untuk merespon tantangan dan peluang Pendidikan di era revolusi industri 4.0, yakni. Komitmen peningkatan investasi pada pengembangan digital skills, terus menerus untuk mencoba dan mengaplikasikan prototype teknologi terbaru dengan metode learning by doing, menggali bentuk kolaborasi baru bagi model sertifikasi atau pendidikan dalam ranah peningkatan digital skill, melakukan kolaborasi dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) untuk mengidentifikasi permintaan dan ketersediaan skill bagi era digital di masa depan, dan memasukan materi terkait human-digital skills ke kurikulum.
Penulis adalah Exsa Kristiawan, Mahasiswa ITB ahmad Dahlan Jakarta
Comment