Opini

Rabu 29 Juni 2022 | 17:39 WIB

Laporan: Dita Maulana Nasywa

Peran Gen Z dalam Rangka Melestarikan Bahasa Daerah

Dita Maulana Nasywa

Keragaman bahasa daerah yang ada di Indonesia memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda antara satu bahasa dengan bahasa yang lain. Bahasa dibuat dalam bentuk yang sangat baik, komunikatif dan efektif. Oleh karena itu, bahasa dapat memudahkan pengguna untuk berinteraksi.

Saat ini, bahasa daerah dikalangan khususnya remaja menjadi lebih bervariasi. Adanya variasi bahasa ini tidak hanya disebabkan oleh penutur yang berbeda, tetapi juga karena aktivitas interaksi sosial yang dilakukan sangat beragam. Zulaeha (2010) mengemukakan bahwa pada kenyataannya penggunaan bahasa tidak tunggal, melainkan beragam.

Keunikan bahasa menciptakan variasi bahasa yang digunakan dan dapat dipahami oleh kelompok masyarakat tertentu.

Pada pembahasan ini, kita ambil contoh variasi bahasa Jawa dalam media sosial. Banyak kata-kata unik yang muncul saat ini, contohnya sambat, ambyar, lhaiske, lur, luweh, nggambus, dan lain sebagainya. Kata-kata tersebut terkesan menarik perhatian kaum muda sehingga kosakata tersebut sangat dekat dan hangat di media sosial.

Generasi Z, yaitu kaum muda-mudi memiliki banyak segudang kreativitas yang bisa dituangkan dalam berbagai instrumen untuk mengenalkan bahasa daerah lebih luas lagi melalui media sosial. Namun, kenyataannya Generasi Z lebih memilih menggunakan bahasa asing yang dianggap lebih kekinian dibandingkan bahasa daerah yang terdengar "udik". Padahal bahasa daerah memiliki ciri khas tersendiri dalam konteks pengucapannya, dan Generasi Z dalam pengembangan bahasa daerah dapat berperan sebagai ciri khas bangsa perlu diterapkan.

Hal ini dapat dimulai dengan memanfaatkan perkembangan teknologi sebagai wadah untuk memperkenalkan bahasa daerah ke dalam negeri juga ke luar negeri.

TAG BERITA

Comment