Sosial
Minggu 15 Maret 2015 | 14:08 WIB
Laporan: Panca Hari Prabowo
Berbenah di Istana Presiden Jakarta
Monitorday, Jakarta-- Ada pemandangan baru di kompleks Istana Presiden Jakarta, khususnya di taman tengah yang berada di antara Istana Negara dan Istana Merdeka berupa bangku taman yang terbuat dari kayu.
Meski berada di pusat Kota Jakarta yang dikenal hiruk pikuk dan asap kendaraan bermotor yang memenuhi jalanan ibu kota, namun bila kita memasuki kompleks Istana Presiden Jakarta maka suasana relatif hening dan suasana segar karena rindangnya pepohonan bisa kita rasakan.
Bangku taman yang pertama diletakkan di sisi kanan gazebo yang berada di dekat Kantor Presiden. Bangku taman ini berupa kursi panjang tanpa sandaran dilengkapi dengan meja, ditambah tiga kursi dengan sandaran di sisi meja lainnya. Kesemuanya terbuat dari kayu berwarna coklat.
Sementara bangku lainnya, yang bentuk hampir sama, diletakkan di sisi kiri gazebo dekat Istana Merdeka.
Tak jauh dari serambi belakang Istana Merdeka juga tampak satu bangku panjang, dengan model ukiran, juga terbuat dari kayu dan berwarna coklat ditempatkan menghadap taman tengah yang rimbun oleh berbagai pepohonan, termasuk trembesi dan flamboyan.
"Pak Presiden ingin ada tempat ngobrol yang lebih santai dan rileks. Jadi kita ingin ada beberapa pertemuan kecil seperti pertemuan dengan beberapa menteri jadi presiden ingin ada pertemuan rutin dengan beberapa kementerian menurut isu, tiga orang menteri atau seterusnya, kan tidak harus di dalam kantor bisa di situ," kata Menteri Sekretaris Negara Pratikno kepada wartawan dalam sebuah kesempatan.
Presiden Joko Widodo memang cukup senang dengan penempatan bangku di beberapa lokasi agar bisa digunakan untuk tempat istirahat atau melepas penat. Kita masih ingat bagaimana ia saat masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta menginisiasi pemasangan ratusan bangku di sisi pedesterian sepanjang jalan Sudirman dan Thamrin hingga Merdeka Barat.
Peninggalan Jokowi semasa menjadi Gubernur DKI Jakarta tersebut masih ada hingga saat ini dan digunakan dengan baik oleh masyarakat.
Perubahan Suasana Istana Kepresidenan Jakarta, dikutip dari situs Sekretariat Negara RI, terdiri dari dua bangunan istana, yaitu Istana Merdeka yang menghadap ke Monas, dan Istana Negara, yang menghadap ke Sungai Ciliwung, Jl. Veteran.
Terdapat pula bangunan lain dalam lingkungan Istana Jakarta, yaitu Kantor Presiden, Wisma Negara, Masjid Baiturrahim, dan Museum Istana Kepresidenan dilengkapi dengan pengaturan taman dan pepohonan yang membuat lokasi itu tampak asri. Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta memiliki luas 6,8 hektare.
Istana Merdeka dibangun pada tahun 1879, peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pertama kali diadakan pada tahun 1950 tanggal 17 Agustus di Istana Merdeka.
Pada masa penjajahan Belanda, Istana Merdeka disebut juga Koningsplein Paleis atau Istana Koningsplein, itu disebabkan bangunan itu berada di depan lapangan Koningsplein yang kemudian berubah menjadi lapangan Gambir, dan akhirnya lapangan Monumen Nasional.
Saat Daendels menjadi gubernur jenderal, namanya diubah menjadi Paleis Weltevreden. Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), namanya diubah kembali menjadi Istana Gambir Istana Negara yang dibangun 1794. Istana Negara adalah bangunan yang semula milik Pieter Tency yang memanjang dari Rijswijk Strat (kini Jalan Veteran) ke Koningsplein (Jl Merdeka Utara), mencakup tanah yang kini dipakai Bina Graha, Gedung DPA (1982), dan taman di pojok Jl Merdeka-Jl Veteran III.
Kata "merdeka" pada Istana Merdeka sendiri berasal dari pekik rakyat yang menyambut kedatangan Presiden Soekarno setelah pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda pada 1950.
Setiap Presiden yang menempati Istana Kepresidenan tentu menginginkan suasana sesuai dengan seleranya masing-masing saat berada di Istana, baik sebagai tempat bekerja maupun tempat tinggalnya.
Ketika Presiden Soekarno menempati Istana Merdeka, dikutip dari beberapa literatur yang ada, salah satu Proklamator kemerdekaan RI itu melengkapi Istana dengan berbagai benda seni seperti lukisan dan patung.
Presiden RI lainnya yang tinggal di Istana, Presiden Abdurrahman Wahid juga melengkapi interior dan hiasan termasuk melonggarkan protokoler dan mendorong agar kesan Istana merupakan milik rakyat bukan hanya sekedar lambang kekuasaan.
Sementara pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, salah satu yang diingat dari interior Istana adalah dominasi warna merah baik melalui karpet dan kain yang dililitkan di lampu-lampu Istana sehingga berpadu dengan tembok Istana yang berwarna putih.
Tanaman dan pohon juga ditambah di beberapa sudut Kompleks Istana dan renovasi Masjid Baiturrahim juga dilakukan pada masa Presiden Yudhoyono.
Saat ini Presiden Joko Widodo juga merasa perlu ada perubahan suasana di Kompleks Istana Presiden Jakarta. Sejak sepekan lalu, bila pada masa sebelumnya kaca dan pintu teras belakang Istana Merdeka yang menghadap halaman tengah ditutup, kini dibuka lebar-lebar.
"Iya, betul dibuka lebih fresh, udara bisa masuk, pandangan lebih luas begitu sesekali ikutlah duduk disitu," kata Pratikno.
Tak hanya itu, pekan lalu Presiden bersama Mensesneg juga berkeliling sebentar di Istana Negara untuk melihat perubahan apa yang bisa dilakukan guna membuat suasana lebih segar.
"Kita sedang memperbaiki suasana di istana negara agar lebih baik lah ya. Makanya kalau anda lihat tadi di belakang itu sekat-sekat sudah diambil. Tadinya ada sekat antara ruang upacara dengan ruang belakang, sekarang sudah diambil," papar Mensesneg.
Ia juga mengatakan Presiden minta agar kursi di ruang tengah Istana Negara dikurangi sehingga tampak lebih luas.
"Kemudian juga kursi-kursi dikurangi, lebih banyak ruang kosong. Itu saja, biar suasana berubah lebih baik, terus kemudian juga ada beberapa barang-barang yang tidak perlu kita ambil (kurangi-red)," katanya.
Penempatan Korps Musik (Korsik) Paspampres yang biasa membawakan lagu Indonesia Raya juga tengah dikaji. Bila semula ditempatkan di serambi belakang Istana Negara pada setiap upacara resmi, kini akan diubah penempatannya.
"Terus kemudian drumband (Korsik-red) untuk Indonesia Raya itu dari kemarin kita pikirkan untuk masuk ke dalam. Ini kan penting lah ya. Pilihannya di atas atau di samping, tadi dicoba volumenya terlalu keras atau tidak," ungkapnya.
Beberapa pekan sebelumnya, Presiden juga sudah menambah koleksi burung dan tupai di Istana Bogor untuk menambah ekosistem sehingga lebih alami. Tak hanya untuk Istana Bogor, burung-burung yang ada juga dilepas di Komples Istana Presiden Jakarta.
"Tadi beli burung jalak 300 ekor," kata Presiden usai menyambangi pasar burung di Pasar Burung Pramuka, Jakarta beberapa pekan lalu.
Tak hanya burung jalak 300 ekor, Kepala Negara juga membeli burung cucakrawa dan burung ketilang yang nantinya akan dilepas di Istana Bogor dan Istana Jakarta.
"Mau dilepas di Istana Bogor dan Jakarta. Burungnya kurang," paparnya saat itu. (arf)
Comment