Inspirasi
Selasa 23 Februari 2016 | 12:23 WIB
Laporan: Adang Adha
Leadership Guide: Mana yang Lebih Powerfull?
Beberapa waktu yang lalu saya memberikan pelatihan tentang Coaching and Counseling untuk para manager dan asisten manager di sebuah perusahaan Asing. Sebelum mengajar saya menyempatkan menggali pemahaman peserta tentang materi yang akan saya bawakan untuk memastikan pemahaman peserta tentang materi. Saya memulai pertanyaan dengan “Ada yang sudah tau coaching and counseling?” kebanyakan peserta menjawab sudah tau, dan ternyata beberapa diantara mereka sempat ikut pelatihan coaching secara khusus. Lebih jauh saya memancing pemahaman peserta dengan pertanyaan “mana yang lebih hebat, diantara skill yang perlu dimiliki oleh manager apakah coaching, counseling, mentoring atau training?” dan peserta banyak yang menjawab “coaching” mereka menganggap coaching lebih powerfull dibanding dengan skill lainnya. Alasan yang menarik, namun perlu di kaji lebih dalam apakah benar demikian?
Dalam Manajemen yang membedakan Coaching, Training, Mentoring dan Counseling adalah tujuannya. Coaching bertujuan untuk memastikan coachee mencapai target performa atau pengembangan kompetensi, training bertujuan meningkatkan keahlian khusus mengenai pekerjaan, mentoring bertujuan memberi pengarahan agar mentee dapat mengerjakan tugas pekerjaan seperti yang sudah di standarkan dan konseling bertujuan agar konselee mampu dapat mengatasi permasalahan pribadinya dengan tepat sehingga tidak mengganggu pekerjaan. Dari sisi konsep semuanya memiliki perpotongan yang saling melengkapi. Dan tujuan dari kesemuanya adalah memfasilitasi pembelajaran individu agar menjadi lebih efektif dan efisien dalam memecahkan persoalan terutama yang berkaitan dengan pekerjaan.
Coaching, training, mentoring, counseling supporting itu adalah skill manager memfasilitasi teamnya untuk belajar dan mencapai performa yang diinginkan atau pengembangan kompetensi teamnya Dalam prakteknya ketika anda menjadi manager atau leader semuanya anda lakukan dan sukar sekali membeda-bedakan sesinya. Seringkali seorang leader menjadi coach sekaligus juga menjadi counselor dalam sesi yang sama. Atau menjadi mentor sekaligus trainer sekaligus. Jika anda adalah seorang leader yang memiliki mindset mengembangkan anggota team anda, mungkin anda tidak menyadari jika selama ini anda sudah menjadi coach, trainer, mentor, konselor bagi team anda. dalam sebuah sesi meeting antara leader dengan anggota teamnya ke empat metode pengembangan ini bisa dipakai sekaligus dalam satu waktu.
Dari sisi teknik yang digunakan. teknik yang dipakai bisa sama antara coaching, training, mentoring dan konseling. teknik bertanya, mengklarifikasi, mendengarkan, memetakan masalah, memberi dukungan, GROW, SMART, Solution focused, NLP dan masih banyak lainnya lagi dipakai di semua metode pengembangan. teknik pertanyaan di coaching bisa pula dpakai di konseling, training dan mentoring, begitu pula teknik klarifikasi di mentoring bisa dipakai di coaching, training dan konseling.
Kembali ke pertanyaan “apakah coaching adalah teknik yang sangat powerfull?”
Jawabannya bisa Ya dan bisa juga Tidak. Anda dapat efektif menggunakan coaching dengan satu anggota team anda namun bisa jadi tidak efektif dengan anggota team yang lain. Mengapa demikian? Ya wajar saja karena memang keahlian, daya tangkap, kecepatan belajar, wawasan hubungan interpersonal anda dengan satu anggota team dengan yang lain pasti berbeda bukan? Dengan demikian anda tidak dapat mengecilkan peran keahlian yang lain karena kesemuanya memiliki tujuan yang berbeda dan konteks penggunaan yang berbeda pula. Coaching tidak akan powerfull jika coachee tidak memiliki keahlian yang cukup untuk melakukan pekerjaan dan masih memiliki persoalan pribadi yang mengganggu pekerjaan.
Dan coaching bisa jadi sangat powerfull jika anggota team sudah memiliki keahlian pekerjaan yang cukup baik, sudah mampu mengatasi persoalan pribadinya secara mandiri, dan hubungan interpersonal anda dengan anggota team anda cukup baik. Anda bisa mendapatkan lompatan performa dan pengembangan keahlian yang mungkin anda tidak duga dari anggota team anda. Dan mungkin pula melampaui performa anda di posisi yang sama. Nah untuk yang terakhir perlu kebesaran hati anda untuk dapat menerimanya. Karena saya mendapati banyak leader yang tidak rela jika anggota teamnya melebihi dirinya.
Dan anda baru menjadi leader ketika anda menciptakan leader yang lebih hebat dari anda.
Adang Adha
Trainer | Coach | Behavior Programmer
Comment