Nasional
Rabu 24 Februari 2016 | 10:06 WIB
Laporan: Amir Fiqi
Politikus Ini Meminta Bulog Intervensi Harga Gabah yang Kian Merosot
Visione.co.id – Harga gabah dari kalangan petani merosot tajam, menyusul bencana banjir yang merendam beberapa wilayah lumbung padi. Temuan anggota Komisi IV DPR Fadholi menunjukkan, harga jual Gabah Kering Panen (GKP) di Temanggung menukik hingga kisaran 3.000 rupiah per kilogram. Angka itu jauh di bawah Harga Patokan Petani (HPP) yang ditetapkan pemerintah, di mana setiap kilogram GKP dipatok sebesar 3.750 rupiah. Untuk itu, ia mendesak Bulog tak tinggal diam menyikapi kondisi yang merugikan petani itu.
“Kondisi itu merugikan petani. Jadi kalau tidak ada yang membeli sesuai ketentuan pemerintah, harusnya Bulog yang beli. Jangan tinggal diam dong Bulog ini,” desak Politisi asal Jawa Tengah ini saat saat ditemui di Gedung Parlemen.
Turunnya harga gabah di tingkat itu, menurut Fadholi, disebabkan tingginya kadar air yang dikandung gabah. Banjir yang merendam lahan-lahan pertanian memaksa para petani memetik biji padi sebelum masa panen, guna menghindari risiko puso (gagal panen). Alhasil, gabah hasil panen petani memiliki kualitas tidak bagus lantaran kadar airnya lebih dari 25%, sehingga harga jualnya pun merosot. Oleh karenanya, intervensi Bulog sangat penting guna menyetabilkan harga pasar gabah. Bulog sebagai lembaga pemerintah yang mengurusi supply chain produk pertanian bertanggung jawab terhadap fluktuasi harga padi.
“Sebetulnya kalau ada yang mau beli (GKP, red) lebih dari harga yang ditetapkan pemerintah boleh saja. Kalau tidak ada, ya Bulog yang harus beli,” tandas legislator Fraksi Partai NasDem ini.
Terlepas dari jatuhnya harga gabah di tingkat petani, Fadholi mengimbau pemerintah agar lebih peduli terhadap kualitas sarana dan prasarana pertanian. Bencana banjir yang acap datang tiap tahun, menurutnya bisa diantisipasi jika pemerintah memperbaiki aliran sungai berikut saluran irigasinya. Fenomena penyempitan aliran sungai yang banyak terjadi dewasa ini menjadi salah satu penyebab utama banjir. Hal itu diperburuk dengan penataan saluran irigasi yang belum maksimal.
“Masih jauh memang menuju swasembada pangan. Perbaiki dulu semuanya, maka swasembada pangan juga dapat kita raih di tahun-tahun mendatang,” tandasnya.
Comment