Opini
Kamis 29 Nopember 2018 | 11:09 WIB
Laporan: Fildza Arista
Perekonomian Indonesia dan Pelemahan Rupiah

Indonesia merupakan negara yang disorot oleh dunia sejak beratus-ratus tahun yang lalu, kekayaan alam serta budaya yang bermacam-macam yang dimiliki oleh Indonesia merupakan anugerah yang mungkin tidak dimiliki oleh negara lain. Keramahan serta kegigihan rakyat Indonesia menjadi ciri khas Indonesia dimata negara lain. Sebelum memasuki kondisi perekonomian saat ini, marilah kita melihat kebelakang sejenak mengenai perekonomian di Indonesia pada zaman dahulu.
Secara singkat sistem perekonomian di Indonesia sudah banyak mengalami peningkatan di bandingkan dengan perekonomian di Indonesia dahulu kala. pada tahun 1998 Indonesia pernah mengalami krisis yang bisa terbilang parah. Faktor terjadinya kondisi tersebut sebagaimana yang dikutip oleh detik.com mengenai "cerita sri mulyani soal penyebab krisis 1998 dan 2008" yakni neraca pembayaran yang menjadi penyebab utama krisis tersebut yang dimana Sri Mulyani mengatakan "Terutama di Asia dengan nilai tukar yang tidak fleksibel, terus direkomendasikan dengan capital flow yang bebas, tidak ada sinkronisasi dari kurs dan capital inflow, dan ketidaksinkronan itu memunculkan spekulasi dan nilai tukar yang drastis, 1998 menjadi pembelajaran berharga. Banyak negara mengubah policy" Perekonomian di Indonesia dari masa ke masa sudah mengalami peningkatan, peluang yang dimiliki oleh Indonesiapun sudah sangat membaik dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia maupun pada Sistem perekonomiannya. Infrastruktur Indonesiapun sudah sangat meningkat. Begitu pula dengan peluang tenaga kerja di Indonesia pada tahun 2015 presentase tenaga kerja Indonesia menurut Badan Pusat Statistik (BPS) senilai 42,25 % dan pada tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 42,97%. Banyaknya lapangan kerja yang tersedia berarti mengurangi nilai pengangguran yang ada di Indonesia.
Pada saat ini nilai pengangguran di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai nilai 5,57% yang dimana mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Dari data tersebut dapat diartikan bahwa tingkat pengangguran berkurang karena bertambahnya lapangan pekerjaan. Tingkat pengangguran menggambarkan kondisi perekonomian Indonesia. Karena jika tingkat pengangguran tinggi maka otomatis tingkat kemiskinan yang dialami masyarakat indonesia juga memasuki angka yang tinggi.
Baru-baru ini perekonomian Indonesia mengalami guncangan akibat nilai rupiah yang melemah, sehingga sampai hari ini nilai dollar mencapai Rp. 14.028,05/dollar. Menurut Bank Indonesia faktor utama yang menyebabkan rupiah melemah ada dua, 1) Suku bunga acuan yang terus dinaikkan oleh Bank Sentral AS Federal Reserve, karena acuan nilai uang setiap negara berada di Amerika Serikat. 2) Faktor yang kedua berasal dari faktor internal yang mempengaruhi kekuatan rupiah, yakni besarnya defisit transaksi berjalan dibandingkan dengan modal dan finansial untuk menutupinya. Selain dua faktor diatas, juga terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan rupiah mengalami penurunan, diantaranya; 1). Kinerja perdagangan yang kurang optimal, 2). Yield Spread, 3). Sistem perbankan dan perang dagang, 4). Krisis Argentina.
Namun dari kondisi rupiah tersebut banyak masyarakat Indonesia yang khawatir akan peristiwa 1998 yang akan terulang kembali pada tahun 2018 ini. Banyak masyarakat Indonesia yang menyamakan peristiwa ini dengan peristiwa 1998 silam. Namun sebagaimana yang dituliskan pada nasional.kompas.com bahwasanya kejadian saat ini sangatlah jauh dengan kejadian tahun 1998 silam. Saat ini perbedaan antara inflasi dengan pelemahan nilai tukar rupiah hanya sebesar 1,0 % yang dimana inflasi di Indonesia mencapai angka 3,2% dan pelemahan nilai tukar rupiah 4,2%.
Selain itu, dalam APBN Fiskal negara Indonesia masihlah stabil. Maka dapat dikatakan bahwasanya perekonomian di Indonesia masih menyentuh kategori aman. Masih sama halnya seperti yang dituliskan oleh Nufransa Wira Sakti pada artikelnya, ia mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi sampai semester I 2008 telah mencapai 5,17% . Penerimaan perpajakan bahkan melonjak tinggi pada kuartal kedua tahun 2018. Tingkat inflasi sangat terkendali pada posisi 3,2%.
Faktor lain yang meningkatkan capital outflow yang menyebabkan rupiah melemah sehingga kurs pada dollar mengalami kenaikan disebabkan karena adanya krisis yang terjadi di beberapa negara terutama pada Argentina dan Turkey. Amerika mudah saja memainkan suku bunga, bahkan untuk saat ini Amerika menaikkan pajak barang masuk ke negaranya. Hal tersebut tentu saja bertujuan umtuk menaikkan keuangan dinegara tersebut.
Mengapa Indonesia saat ini sangat merasakan dampak rupiah melemah, itu dikarenakan tingkat masyarakat menengah hingga menengah kebawah cukuplah tinggi angkanya, biarpun saat ini sudah mulai berkurang beberapa persen. Menurut pengamat Ekonomi Universitas Pasundan (Unpas), Acuviarta Kartabi yang dikutip dalam salah satu artikel, melemahnya rupiah akan menyebabkan dampak yang meluas terutama pada sisi rumah tangga hingga pelaku usaha. Hal tersebut dibuktikan dilihat dari sisi rumah tangga karena pada saat ini sudah terjadinya kenakan pada beberapa bahan dapur seperti terigu, telur, dsb.
Hal lain juga dapat dilihat dalam sektor ekspor dan impor yang dimana saat ini untuk bahan baku dan modal impor akan dikenakan tarif lebih tinggi dari sebelumnya sehingga output yang dihasilkan guna untuk memenuhi kebutuhan konsumen setiap harinya akan mengalami kenaikan nilai yang cukup tinggi. Hal tersebutlah yang membuat masyarakat di Indonesia resah akan menurunnya nilai rupiah saat ini. Maka tidak sedikit masyarakat yang menyangkutkan dengan keadian pada tahun 1998 silam. Nilai tukar rupiah saat ini sudah mendekati kurang lebih tiga tahun yang lalu yakni tahun 2015.
Beberapa solusi sudah diterapkan oleh pemerintah guna mengatasi melemahnya rupiah saat ini. Diantaranya mengurangi impor dari negara-negara asing, banyaknya impor yang masuk ke Indonesia menyebabkan produk dalam negri jarang dilirik oleh masyarakat kita sendiri. Selain faktor brand yang menarik hal tersebut juga banyak disebabkan karena tidak sedikit masyarakat Indonesia yang tidak mempercayai kualitas baik produk dalam negeri dan termakan oleh gengsi. Maka dari itu seperti yang dituliskan sebelumnya pemerintah menaikkan pajak impor dan lebih memilah produk impor yang diedarkan di Indonesia terutama impor BBM. Saat ini pemerintah mencampur BBM dengan biodisel sebagai pengganti solar.
Solusi lain juga diterapkan oleh pemerintah guna menaikkan jumlah ekspor produk dalam negeri. Untuk penanaman investasi, pemerintah meningkatkan tax holiday kepada seluruh turis yang ingin berlibur ke Indonesia. Kita sebagai masyarakat Indonesia juga harus membantu pemerintah dalam mengatasi masalah melemahnya rupiah. Jika kita tidak bisa memberi solusi yang kongkrit maka bantulah dengan pergerakan sedikit demi sedikit seperti mulailah untuk mencoba mencintai produk dalam negeri, mulailah menggunakan sedikit demi sedikit produk yang bangsa ini hasilkan. Karena kualitas yang dihasilkan pun tidak kalah dengan kualitas produk luar negeri.
Penulis adalah Fildza Arista, Mahasiswi Program Studi Manajemen FEB Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
Comment