Pencerah

Jumat 21 April 2017 | 16:42 WIB

Laporan: amir

Perkuat Ekonomi Kreatif Sambut MEA

Lalu Suhaimi

Dewi Aryani: Politisi Wanita Multitalenta

Pasar Bebas ASEAN merupakan suatu wujud kesepakatan dari negara-negara di Asia Tenggara untuk membentuk ASEAN Economic Community (AEC). Dengan adanya AEC ini, diharapkan akan terjadi peningkatan arus barang, jasa, investasi, tenaga yang terampil dan aliran modal antar negara di Asia Tenggara sehingga nantinya dapat meningkatkan daya saing di pasar dunia.

Pasar tunggal ASEAN telah dilakukan awal Januari 2016 tapi masih banyak pro dan kontra dalam pemberlakuan ini. Seperti halnya di Indonesia. Dengan Sumber Daya Manusia yang masih minim keterampilan, maka Indonesia akan hanya menjadi penonton.  Ditambah lagi SDA yang kaya seharusnya menjadi andalan, malah mayoritas dikuasi asing. Maka Ekonomi kreatif  harus digenjot oleh pemerintah untuk menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN, agar Indonesia dapat mengambil keuntungan yang besar dari pasar ini.

Wartawan visione.co.id berkesempatan mewawancarai  Senator dari Propinsi Nusa Tenggara Barat. Berikut petikan wawancaranya:    

Bagaimana DPD memandang MEA, Apakah  sesuatu yang positif atau negatif?

Ini bisa dikatakan positif dan negatif. Positif dari segi peluang Indonesia untuk dapat berbuat di luar, Investor dari luar juga terbuka, sehingga negeri ini bisa bergeliat lagi menuju kesejahteraan. Akan tetapi melihat realitas masyarakat, kesiapan masyarakat Indonesia terutama kelas menengah ke bawah sepertinya belum siap dalam menghadapi MEA. Karena masyarakat kita masih tercekoki dengan masalah kemiskinan, dan penderitaan, baik akibat dari kebijakan yang tidak memihak kepada masyarakat kecil.

Menurut anda, bagaimanakah kesiapan Indonesia menghadapi MEA?

Saya kira kita belum benar-benar siap. Kita merasakan bahwa Keterampilan atau skill dari masyarakat kita untuk berhadapan dengan dunia luar  masih tertinggal jauh. Ini yang menurut saya masih menjadi permasalahan. Untuk itu, kita berharap pemerintah dan masyarakat untuk lebih mempersiapkan diri terlebih dahulu untuk menyambut datangnya perubahan yang sangat drastis ini.

Lihat saja selama ini Indonesia lebih banyak mengirim tenaga kerja kasar keluar negeri ke berbagai negara tujuan. Dibanding dengan negara ASEAN lainnya kita masih tertinggal jauh mereka sudah mengirimkan tenaga ahli datang ke Indonesia yang datang membawa keterampilan.

Menurut anda sektor-sektor ekonomi mana saja yang dimiliki Indonesia  yang mampu bersaing di tingkat MEA?

Sebenarnya kita mempunyai potensi yang tidak dimiliki negera lain, yakni potensi alam  yang begitu indah dan kaya. Namun sayang potensi ini malah banyak dikuasi oleh Asing. Andai kata potensi alam  yang begitu kaya ini dipegang mayoritas bangsa kita ini akan menjadi andalan. Tapi kita lihat sekarang ini tidak ada yang patut kita banggakan karena lebih banyak dikuasai oleh asing.

Selain alam, Indonesia masih mempunyai potensi andalan yakni produk-produk tradisional, home industry yang apabila dikelola dengan baik dan benar ini akan menggerakkan ekonomi nasional. Namun sayang hingga saat ini potensi yang besar ini juga tidak dikelola dengan baik, sehingga produk yang bernilai seni tinggi ini belum masuk ke pangsa pasar di luar secara masif. Sementara itu di pasar nasional justru banyak dikuasi oleh komoditas –komoditas Impor.

Menurut anda, bagaimana perkembangan ekononomi kreatif di Indonesia?

Perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia mulai tumbuh. Tapi masih kurang perhatian dari pemerintah itu sendiri. Sehingga saya meminta kepada pihak terkait untuk fokus melakukan pembinaaan. Pembinaan tersebut juga harus dilakukan dengan serius oleh pihak-pihak yang berkompeten di bidang industri kreatif tesebut agar ekonomi kreatif tersebut bisa terus berkembang. Karena sesungguhnya bangsa kita mempunyai potensi besar tapi belum maksimal dalam mendapatkan pembinaan dari pihak yang berkompeten. Ini yang mengakibatkan kita masih pesimistif untuk kemajuannya.

Sektor-sektor ekonomi kratif mana yang bisa menjadi andalan Indonesia?

Saya belum bisa melihat yang betul-betul menjadi andalan. Tapi menurut saya semua potensi yang kita miliki sesungguhnya bisa menjadi andalan. Seperti contoh sektor pertanian. Bangsa kita dikenal sebagai negara agraris yang subur dan makmur tapi sering kali produk kita tidak laku di luar negeri. Sebenarnya Indonesia kurang apa dari segi pertanian. Tapi  sering kali kita kalah bersaing dengan produk dari luar dari segi kualitas.

Sektor ekonomi kratif dari negara mana di ASEAN yang bisa menjadi ancaman bagi ekonomi kreatif Indonesia?

Kalau kita lihat produk-produk tersebar di Indonesia dari hal-hal kecil masih didominasi oleh negera-negara lain. Dengan Malaysia saja kita masih kalah, dengan Singapura pun kita masih tertinggal jauh.  Padahal kalau kita telusuri produk mereka bahan bakunya dari Indoneisa, karena diolah dengan baik dan berkualitas unggul mereka kembali dijual ke pasar Indonesia dengan harga yang mahal.  Oleh kerena itu, saya merasa masih banyak aspek yang harus mendapatkan perhatian dari kita semua yang  untuk segera diseriusi.  Kita Jangan berbangga menjadi negara besar dan subur. Tapi produk kita belum mampu menguasai pasar luar negeri.

Apa yang dilakukan DPD untuk melindungi dan mengembangkan ekonomi kreatif di Indonesia?

DPD merupakan represantasi dari daerah yang diwakili oleh masing-masing anggota. Untuk itu, DPD seharusnya mempunyai gambaran yang kongrit dari potensi daerah nya. Baik dari segi pertanian, industri dan potensi lainnya. Dengan menguasai gambaran potensi tersebut maka seluruh anggota DPD akan mampu berdiskusi untuk mencari solusi terbaik untuk mengambil langkah dan kebijakan di tingkat pusat.

Dari segi budaya, seni dan kerajinan sesungguhnya masing-masing mempunyai ciri khas masing-masing yang dapat kita angkat untuk menjadi ekonomi kreatif yang diharapkan mampu menembus pasar-pasar nasional maupun internasional. Masalahnya kalau kita lihat masyarakat Industri kita sering kali kurang modal, dan pembinaan dan desainnya juga cenderung monoton terutama di daerah di luar Jawa, kemudian keseriusan untuk mencari pangsa pasar. Jadi jangan sampai ketika mereka memiliki modal yang cukup dan produk yang banyak kemudian memasarkannya tidak jelas. Ini akan membuat mereka lesu dan pesimis.

Jaringan ekonomi kreatif mana di Indonesia yang telah dijangkau oleh DPD?

Semestinya masing-masing anggota seharusnya menjangkau ekonomi kreatif di daerah masing-masing. Saya sebagai Anggota dari NTB juga sering melakukan kunjungan ke industri kreatif lokal seperti tenun, gerabag, kerajinan rotan. Selama saya mengunjungi mereka membutuhkan permodalan dan pembinaan. Oleh karena itu, saya selalu mendorong agar pembinaan terus dilakukan  guna meningkatkan keterampilan meraka dalam mendesain agar menghasilkan produk semenarik mungkin, sehingga bisa manarik  minat  pembeli. Hal ini  yang sering kali kita terangkan ketika kita melakukan audiensi dengan para menteri yang terkait.

Apakah anggota DPD sering turun ke kelompok-kelompok ekonomi kreatif ? Bila iya, kemana saja dan sektor apa?

Saat kita reses kita berkunjung. Saat berkunjung saya melihat mereka kurang pembinaaan dan kadang juga industri kreatif lokal masih dilakukan oleh orang-orang tua sehingga tidak sesuai dengan kebutuhan pasar. Padahal kita mempunyai generasi muda yang cukup banyak, bahkan berpendidikan tinggi dan masih menganggur. Sementara itu banyak potensi daerah yang sesungguhnya mereka bisa kerjakan. Tapi karena masih kurangnya pembinaan dari instansi terkait sehingga membuat mereka tidak tertarik. Karena yang dihasilkan pangsa pasarnya tidak menjajinka

Apa hambatan ekonomi kreatif di Indonesia di Indonesia ? Bagaimana mengatasinya menurut DPD?

Saya kira, DPD fungsinya hanya menjembatani kepentingan-kepentigan dari daerah yang kita wakili untuk kita sampaikan dan salurkan dan kita perjuangkan kepada pihak yang berwenang. Untuk itu di setiap daerah dari tingkat daerah hingga pusat ada dinas-dinas yang sesungguhnya sangat berkompeten untuk masing-masing sektor industri termasuk ekonomi kreatif. Nah itu yang saya harapkan dari DPD agar mereka terus mengoptimalkan dalam melakukan pembinaan-pembinaan.

Dan bagaimanakah prospek ekonomi kreatif Indoensia menurut DPD?

Kalau saya melihat ini menjanjikan, seperti di luar negeri membeli sovenir itu lebih banyak dari Cina dan India. Saya melihat hasil produk dari darah kita juga menjanjikan, Cuma itu tadi untuk mendapatkan bimbingan dan inovasi baru agar jangan menoton tradisional  tapi harus bisa membaca selera pasar.     

TAG BERITA

Comment